GAYA DAN PERIODE LUKISAN DENI JE

Pembuatan klasifikasi atau gaya lukisan biasanya dilakukan berdasarkan:  kebentukan, wilayah, tokoh, periode, dan yang paling sering yaitu aliran seni rupa yang ada di Barat.

Pembagian menurut kebentukan, misalnya, melahirkan gaya realistik, deformasi, maupun abstrak.

Pembagian wilayah akan melahirkan, contohnya, gaya Renaisans Utara maupun gaya Sukawati dan Sukaraja atau biasa disebut Sukarajan.

Klasifikasi berbasis tokoh akan memunculkan gaya Cezannes bagi lukisan yang mengikuti Paul Cézanne, atau lukisan yang mengikuti corak Affandi akan disebut gaya Ngaffandi.

Sementara itu, analisis gaya berdasarkan periode mempertimbangkan langkah historis. Cara ini akan melahirkan, misalnya, lukisan periode penjajahan Belanda atau periode penjajahan Jepang.

Dari berbagai cara itu, sejarah seni rupa Barat paling sering dipakai untuk menamai suatu gaya. Contohnya, lukisan yang mengikuti Aliran Surealisme akan disebut surealistik, lukisan yang menapaki Mazhab Impresionisme dijuluki bergenre impresionistik. 

Adapun lukisan Deni Je yang ada di blog ini diklasifikasikan menggunakan beberapa cara, baik periode, tema, bentuk, maupun objek.

Klasifikasi berdasarkan periode akan terbagi menjadi dua, yaitu sebelum kuliah dan setelah kuliah di Minat Utama Seni Lukis, Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, angkatan 1997.

Klasifikasi berdasarkan objek yang dilukis akan menjadi banyak kategori, antara lain sebagai berikut. 

Kategori 'the sent down iron' merupakan lukisan yang terinspirasi oleh asal-usul besi. Besi tidak tumbuh dari perut bumi, tetapi berasal dari atas. Deni mengekspresikan fenomena ini melalui bentuk-bentuk realistik objek yang terbuat dari besi yang dikombinasi dengan efek spontan material seni lukis, terutama teknik wet on wet cat air. Besi dikirim ke bumi dari supernova. Ledakan bintang raksasa ini menyebarkan besi ke penjuru jagad raya dan memberikan paket hadiah pada bumi. Oleh karena itu, lukisan Deni Je pada kategori ini disebut adalah 'besi yang diturunkan'. Frasa 'The Sent Down Iron" ini sekaligus menjadi nama pameran tunggal lukisan Deni Je yang pertama.


Lukisan Deni Je dengan tema 'The Sent Down Iron'


Masih menurut tema, terdapat juga lukisan Deni Je yang mengangkat tentang bentuk 'ambigu'. Lukisan ini mengangkat kemenduaan bentuk, yaitu satu bentuk yang dapat dipersepsi sebagai 'atas sekaligus bawah', 'depan sekaligus belakang', atau 'datar sekaligus bertingkat'.

Tema melukis pemandangan secara langsung, atau yang biasa disebut 'en plein air' maupun 'on the spot', juga menjadi menu tersendiri di blog ini, karena Deni gemar melukis langsung di luar ruangan. Pameran tunggal lukisan Deni Je kedua juga tentang ini.

Tema 'ultimate state' yang dapat berarti 'kedudukan tertinggi' juga kerap digarap Deni Je. Tema ini tidak lepas dari intensinya dalam mempelajari peradaban dunia, khususnya peradaban Islam.


Lukisan Deni Je dengan tema 'Ultimate State'


Beragam tema lain masih dapat dijumpai pada submenu di bawah menu 'paintings' blog ini. 

Selain tema, lukisan Deni Je juga dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu lukisan yang mengeksplorasi figur manusia dan tanpa figur manusia yang dibuat sejak tahun 2013.

Deni sudah melukis sejak TK, bahkan ketika guru SD kelas 1 menanyai cita-citanya, Deni menjawab dengan mantap, "Ingin menjadi pelukis."


Karya Deni Je saat TK

Jawaban ini tidak lepas dari suasana keluarga yang kondusif untuk berkesenian. Ayahnya, yang biasa dipanggil Pake, adalah seorang pelukis bulu ayam. Ibunya setiap hari membelikan buku gambar.

Ayahnya juga memiliki kepedulian terhadap karya Deni Je. Apa yang diperbuat Deni saat masih TK diabadikan olehnya.

Karya-karya Deni Je dapat diamati di blog ini. Menu painting dibuka dengan submenu lukisan-lukisannya yang mendapatkan penghargaan seni dan diakhiri dengan karya sketsa. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar