Tampilkan postingan dengan label Katalog Pameran Tunggal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Katalog Pameran Tunggal. Tampilkan semua postingan

Aktualisasi Seni Rupa Virtual, Oleh: Nadiyah Tunnikmah (Pengamat Seni Media Sosial)

 Aktualisasi Seni Rupa Virtual

Oleh: Nadiyah Tunnikmah (Pengamat Seni Media Sosial)


Teks dalam Katalog Pameran Lukisan Deni Je Ketiga "On Cam" 
(E-Katalog terlampir)

 


Saat ini media sosial tidak hanya ramai dengan unggahan makan-makan, jalan-jalan, kumpul-kumpul saja. Profesional dalam setiap bidang bisa ditemui dalam media sosial, bahkan profesi yang belum pernah saya dengar sebelumnya atau saya anggap sebagai satu profesi yang bisa ditekuni seperti Cheesemonger. Salah satu profesi yang ada di media sosial dan menjadi daya tarik media sosial adalah seniman. Saya jadi teringat salah satu seniman Pop Art, Andy Warhol yang membuat pernyataan menarik terkait popularitas yaitu “ Everybody Will Be World Famous For Fifteen Minutes”. Kalimat ini muncul terkait dengan popularitas yang bisa dihasilkan melalui media elektronik paling hits pada saat itu yaitu Televisi. Warhol mengatakan hal tersebut  dari kesadaran kekuatan media publikasi saat itu, Televisi.  Saya bisa membayangkan jika  Warhol ada pada era internet dan media sosial pasti dia akan mengucapkan Everybody Will Be World Famous For Three minutes or less

MENITI JALAN KEABADIAN, Oleh: Andiy Qutuz Cah Angon, untuk Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Ketiga "On Cam"

 MENITI JALAN KEABADIAN

Oleh: Andiy Qutuz Cah Angon (Rekan Sesama Seniman)

 Teks dalam Katalog Pameran Lukisan Deni Je Ketiga "On Cam"
(E-Katalog terlampir)


Saya menyebutnya energi berkesenian terlampau besar bagi Deni Je hingga energi tersebut  memasuki ceruk-ceruk yang tak terdugakan orang ataupun seniman kebanyakan. Bisa dibilang ide untuk eksis berkarya seni lewat lukisan dengan berbagai media kekinian Deni Je  "never die"  

Sukses menggelar pameran perdana dan kedua. Kini Deni Je menggelar pameran ketiga dengan mengusung tema "On Cam". Tentu tema ini cukup menarik untuk diulik, karena tema on cam identik dengan proses kekaryaan yang disuguhkan secara live, spontan dan fair. 

AKU UPLOAD MAKA AKU ADA

 

AKU UPLOAD MAKA AKU ADA

Pengantar Seniman: Deni Je


Teks dalam Katalog Pameran Lukisan Deni Je Ketiga "On Cam"
(E-Katalog terlampir)


            “YouTube akan menggeser mesin pencari Google setelah menggusur televisi,” demikian informasi yang saya peroleh dari seorang penggiat media sosial dengan jutaan follower Instagram. Kabar itu disampaikan akhir tahun 2017, di grub WA yang saya buat.

            Menggeser search engine Google adalah hal luar biasa, kendati keduanya ada dalam satu perusahaan. Website ini merupakan tempat rujukan ketika seseorang mencari informasi, baik dari persoalan keluarga bagaimana menyajikan menu makanan hingga persoalan akademis ketika seorang peneliti memerlukan data maupun teori. Pergeseran pencarian informasi, data, maupun teori ini paling tidak karena Youtube memiliki tiga keunggulan, yaitu lebih efisien, powerful, dan menarik ketimbang website teks.

TAK ADA YANG HENDAK DIKATA, Puisi L Surajiya

 

TAK ADA YANG HENDAK DIKATA:
Lukisan OTS Deni Je

Oleh: L Surajiya


Dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Kedua "On The Spot"
(E-Katalog terlampir)  



jujur, hingga senja meraba

aku tak menemukan kata

untuk mengurai kilau mutiara warna

dan sejuta makna dalam diam

dari buih-buih kuas yang menggelora

di atas bidang lembut,

putih rata

Realitas Indrawi Deni Je - Siratan Kesetiaan kepada Alam

Realitas Indrawi Deni Je - Siratan Kesetiaan kepada Alam

Oleh: Joseph Wiyono (Kolega di Jurusan Seni Murni)


Dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Kedua "On The Spot"
(E-Katalog terlampir) 

 

En plein air dengan sangat proporsional diimplemantasikan oleh Deni Je sebagai wujud realitas indrawi ketika di waktu, tempat, dan kesempatan menghirup udara terbuka di sela padatnya jadwal kerja kantor dan studio. Representasi Deni Je pada aspek teknis dan kredo artistiknya adalah kebenaran, pun menyakup frasa en plain air itu sendiri. Akan tetapi kebenaran realitas di hadapan atas dasar sudut pandang mata Deni Je agaknya sedikit berbeda dengan aktivitas en plain air kebanyakan yang lebih bersinonim dengan Impresionisme (sebagai mazab). 

KENIKMATAN LUKIS ON THE SPOT

 KENIKMATAN LUKIS ON THE SPOT

(Pengantar Seniman)


Oleh: Deni Junaedi


Dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Kedua "On The Spot"
(E-Katalog terlampir)



Gairah saya bangkit ketika melukis langsung di alam terbuka. Kenikmatan berkarya di tempat baru ini menjadi penjeda aktivitas berkesenian sehari-hari di studio lukis, mirip reff dalam lagu. Penjedaan ini membuat ketagihan, sebagaimana reffrein yang bermakna ‘pengulangan’. Melukis langsung on the spot menagih saya untuk mengulangi dan terus mengulangi.

 

LOKASI LUKIS LUAR STUDIO

Untuk itu, meskipun tanpa perencanaan yang sistematis dalam hal tempat dan waktu, alhamdulillah saya telah melakoni lukis luar studio di beberapa kota, baik di dalam maupun luar negeri. Kota Indonesia yang pernah saya singgahi untuk melukis antara lain: Padang, Manado, Lampung, Bali, Bangka, Batam, Dieng, Banyumas, Bogor, Bandung, Magelang, Jakarta, Klaten, Kendal, Weleri, Boja, dan ada yang lupa. Lokasi luar negeri yang pernah saya gunakan OTS, demikian on the spot biasanya disingkat, adalah Malaysia, Thailand, dan Turki.

Deni Je, A Pioneer of RadicArt from Jogja

 

Deni Je, A Pioneer of RadicArt from Jogja

By: Dr. Ahmad Sastra

(A Philosophy Lecturer)


Posted in the First Deni Je Painting Solo Exhibition Catalog
(E-Catalog attached)

 

Deni Je, a painter from Yogyakarta, for me, always gives enlightenment about esthetic dimension of fine artworks. Even though I have not ever met him personally, I always enjoy each his work, mainly in Painting Explorer Channel. In each his artworks, the painter whose full name is Deni Junaedi not only emphasize on the connection between subject and object, but also on value prerequisites. 

Value dimension, in the study of philosophy is called axiology. There are 3 levels in the construction of philosophical thoughts; ontology, epistemology, and axiology. These philosophical expressions can be materialized into some kind of works, including arts. Arts and artists actually do not have independent values. Even if there is an artist who wants to be fully independent, he actually has been being depended on the independent value itself. 

DENI JE, SOSOK ENERJIK PENGGALI ORISINALITAS KEKUATAN KARYA YANG MENCERAHKAN


DENI JE, SOSOK ENERJIK PENGGALI ORISINALITAS KEKUATAN KARYA YANG MENCERAHKAN

Oleh: Eiwand Suryo

Dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Pertama "The Sent Down Iron"
(E-Katalog terlampir)


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidaklah begitu banyak Seniman menekuni dunia seni terutama cat air di Yogyakarta ini,memakai material Cat air kemungkinan banyak hanya sebagai media tambahan atau mixed media dalam berkarya.Sehingga bisa dikatakan ini adalah jalur sunyi yang dipilih Seniman Jogjakarta bernama Deni Junaidi yang populer di sapa Deni Je ini. Sosok pria enerjik yang lahir di Sukorejo Kendal / 21 Juni 1973 yang saya kenal ini merupakan seorang yang multi tangguh. Dengan bekal pendidikan S1, 1997 – 2004, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Fakulatas Seni Rupa, Jurusan Seni Murni, Minat Utama Seni Lukis (IPK 3,65) serta S2, 2010 – 2012, Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa,Program Pascasarjana UGM Yogyakarta mampu mengantarkan kariernya sebagai Dosen di ISI Yogyakarta, Tak hanya itu Bung Deni Je (sapaan saya pada beliau) juga melakoni ruang kreatifnya sekarang dengan menjadi konten kreator PAINTING EXPLORER Channel. Aktif berkarya dan berpameran sejak tahun 1991 hingga sekarang tentunya tidak bisa diragukan lagi kiprah berkeseniannya. 

MEMBERSAMAI DENI JUNAEDI, MENGOLAH CAT AIR MELUKIS BESI

 

MEMBERSAMAI DENI JUNAEDI, MENGOLAH CAT AIR MELUKIS BESI

 Oleh: Doni Riw

 Dimuat dalam Katalog Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Pertama "The Sent Down Iron"
(E-Katalog terlampir)


Saat saya lahir, dia baru berusia lima tahun. Kami tiga bersaudara. Kakak pertama kami perempuan, kami memanggilnya Mbak Dhung. Mas Deni anak ke dua, sementara saya ke tiga. Kami menghabiskan masa kanak-kanan di sebuah desa kecil di kaki Gunung Perahu sisi utara, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo. Berseberangan dengan Dieng dan Wonosobo.

Beruntunglah kami memiliki Ibu yang begitu penyayang. Setiap pulang belanja dari pasar, kami selalu dibelikan oleh-oleh meski hanya sederhana. Oleh-oleh untukku kadang makanan ringan, kadang mainan, berganti-ganti. Tetapi oleh-oleh untuk Mas Deni selalu sama, tak pernah berganti, yaitu buku gambar dan cat air. Entahlah, sejak kecil dia sangat doyan menggambar. Satu buku yang dibelikan hari itu, akan dihabiskan hari itu juga. Esok hari ibu akan membelikan lagi, kemudian dihabiskan lagi di hari yang sama. Begitu seterusnya.