Aktualisasi Seni Rupa Virtual
Oleh: Nadiyah Tunnikmah (Pengamat Seni Media Sosial)
(E-Katalog terlampir)
Saat ini media sosial tidak hanya ramai dengan unggahan makan-makan, jalan-jalan, kumpul-kumpul saja. Profesional dalam setiap bidang bisa ditemui dalam media sosial, bahkan profesi yang belum pernah saya dengar sebelumnya atau saya anggap sebagai satu profesi yang bisa ditekuni seperti Cheesemonger. Salah satu profesi yang ada di media sosial dan menjadi daya tarik media sosial adalah seniman. Saya jadi teringat salah satu seniman Pop Art, Andy Warhol yang membuat pernyataan menarik terkait popularitas yaitu “ Everybody Will Be World Famous For Fifteen Minutes”. Kalimat ini muncul terkait dengan popularitas yang bisa dihasilkan melalui media elektronik paling hits pada saat itu yaitu Televisi. Warhol mengatakan hal tersebut dari kesadaran kekuatan media publikasi saat itu, Televisi. Saya bisa membayangkan jika Warhol ada pada era internet dan media sosial pasti dia akan mengucapkan Everybody Will Be World Famous For Three minutes or less.
Media sosial tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan internet.
Walau penggunaan masif media sosial terlihat sejak kemunculan Facebook pada
tahun 2004. Di Indonesia sendiri Facebook marak digunakan seiring dengan
penggunaan ponsel atau sekitar 2010. Geliat media sosial di Asia Tenggara
terasa sejak kemunculan Friendster pada tahun 2002. Seperti media sosial yang
ada saat ini Friendster membuat orang saling terhubung dengan fitur berbagi
pesan, komentar, foto dan video. Tentu saja pada saat itu pengguna Friendster
adalah remaja usia 18-25 sehingga media sosial dianggap sebagai arena bermain
baru.
Pada awal kemunculannyam internet diberi label sebagai dunia maya.
Istilah tersebut digunakan pada saat itu karena dianggap apa-apa yang
terjadi di internet hanya ada di internet tidak mungkin membawa pengaruh pada
dunia nyata. Istilah dunia maya juga memperlihatkan anggapan kuat saat
itu bahwa internet hanya dunia maya tidak akan membawa pengaruh signifikan pada
sistem dan struktur dunia nyata yang sudah berjalan sebelum kemunculan
internet. Perlahan tapi pasti anggapan mengenai internet sebagai dunia maya
bukan sesuatu yang nyata berubah. Dunia maya tersebut akhirnya menjadi satu
ruang untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Ruang yang bisa diakses oleh
siapapun, dimana saja dan kapan saja.
Salah satu momentum yang mengukuhkan Internet sebagai bagian
penting dari kehidupan ketika media sosial bernama Youtube membuat sistem
monetisasi, nilai ekonomi semakin nyata dalam dunia maya yang bernama internet.
Para pengguna Youtube mulai menghasilkan uang sehingga muncul istilah Youtuber,
sebutan bagi orang membuat video untuk diunggah melalui Youtube. Ini juga salah
satu momentum bagi media sosial lain. Aktivitas di media sosial tidak lagi
dianggap seperti bermain hanya menghabiskan waktu.
Monetisasi Youtube membuat pengguna semakin bertambah, tidak hanya
sebagai penonton tapi juga sebagai pembuat video. Unggahan semakin bervariasi,
mulai dari informasi bersifat menghibur gaya televisi, Gamer, tutorial,
memasak, musik dan lain-lain. Youtuber dianggap menjadi profesi menjanjikan
tidak hanya bagi millenial bahkan bisa dikatakan semua kalangan. Salah satu
unggahan yang banyak peminatnya adalah tutorial melukis, menggambar atau
tutorial lain yang terkait dengan cara membuat karya seni rupa. Penonton video
tutorial melukis bisa mencapai jutaan berbeda dengan video terkait informasi
mengenai seni seperti The Most Famous Painters Today.
Youtube sebagai media sosial berbasis video menjadi kurang populer
dikalangan seniman yang dikenal aktif di media sosial Instagram seperti Takashi
Murakami, Damien Hirst atau Mark Ryden. Seniman lebih banyak menggunakan
Instagram yang pada awalnya berfokus pada berbagi foto. Jika diamati memang
hanya sedikit seniman yang mempunyai akun serta aktif menggunakan Youtube
untuk menunjang profesinya dibandingkan seniman yang menggunakan media sosial
Instagram. Tentu saja ini bisa dipahami karena memang tidak mudah mengunggah
video suatu lukisan atau patung menjadi menarik, mengundang penonton sampai
ribuan bahkan jutaan.
Diantara sedikit akun seniman di Youtube ada satu yang saya anggap
menarik yaitu Deni Junaedi atau biasa dikenal dengan nama Deni Je pada
akun Youtubenya Painting Explore. Ada beberapa hal dalam akun Youtube Deni Je
yang memang patut diacungi jempol dalam pengelolaan. Pertama, kontinuitas dalam
mengunggah video. Youtube Painting Explorer dibuat pertama kali tahun 2018. Ini
adalah jenis akun dengan genre spesifik yaitu seni rupa, sehingga
penontonnya bisa dipastikan bukan dari semua kalangan. Melihat jumlah
subscriber yang mencapai 31.000 akun Painting Explorer bisa dikatakan berhasil
menarik penonton yang secara khusus mempunyai ketertarikan dalam seni rupa
terutama lukis. Akun ini bisa menarik perhatian salah satunya dari kontinuitas
dalam mengunggah video. Selama hampir 3 tahun telah diunggah lebih dari 634
video. Semakin banyak video yang diunggah membuat penonton mempunyai pilihan
untuk melihat video lainnya setelah menonton satu video.
Kedua, variasi konten yang diunggah. Pada awal popularitasnya
Youtube dikenal sebagai media sosial untuk menonton video musik. Dalam
perkembangan selanjutnya, video non musik mulai bermunculan dan ternyata juga
menarik banyak peminat. Video non musik sering dilabeli video konten yaitu
video yang berisi informasi. Ini juga yang akhirnya memunculkan istilah content
creator untuk membedakan Youtuber yang sekedar mencari popularitas tanpa
keterampilan spesifik. Pembuat konten video untuk Youtube dengan genre spesifik
juga mulai dikenal sebagai satu profesi yang mempunyai potensi.
Konten mengenai seni yang membuat Youtube Painting Explorer
memiliki subscriber hingga puluhan ribu. Deni Je selain sebagai seniman
lukis memiliki profesi sebagai dosen di jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta
serta penulis di beberapa media. Konten video yang monoton seperti hanya pada
satu topik misal tentang karya lukis Deni pasti akan membuat penonton tidak
berpikir untuk kembali dalam waktu lain untuk melihat unggahan baru pada akun
Painting Explorer. Dari semua video yang diunggah sejak 2018, Deni Je juga
melakukan pengembangan konten mulai dari tentang proses berkarya, menjadi
konten saat menjadi pengajar yang memang membahas tentang seni rupa. Deni Je
juga membuat konten terkait pemikiran pribadi tentang seni, agama dan politik
yang tentu saja dikemas dengan gaya video Painting Explorer.
Ketiga adalah Storytelling, ini bagian penting dari pengelolaan
media sosial baik Youtube atau lainnya. Storytelling yang kuat dan baik akan
mampu membuat suatu akun media sosial bertahan hingga akhirnya dikenali. Trend
storytelling pada awalnya masih banyak berkutat membuat unggahan yang menghibur
seperti gimmik atau prank. Ini tentu saja cepat membuat pengguna media sosial
bosan. Pengguna media sosial yang semakin bertambah juga rentang usia yang
berubah tidak hanya kalangan remaja tapi hingga usia 60 tahunan membuat
penonton semakin lebih kritis dan selektif.
Sebagai seorang dosen dan penulis, Deni Je sudah mempunyai modal
untuk membuat storytelling dalam akunnya menjadi berkelanjutan dan menarik.
Bisa dilihat bagaimana Deni Je ketika membuat video tentang proses
berkarya tidak hanya menjelaskan teknik tapi juga objek yang dilukis. Acapkali
ada narasi mengenai objek atau alat dan bahan yang digunakan. Kemampuan
storytelling semakin terlihat saat Deni Je sering menggunakan fitur live
streaming. Pada video TEMANI AKU MELUKIS 📽️
LIVE 🎨 PAINTING 👨🏼🎨 PERSIAPAN PAMERAN TUNGGAL 💥 Streamed live on Aug
26, 2021 ada 1005 penonton dengan durasi 1 jam 17 menit Deni Je melukis dengan
bercerita seperti mengobrol. Ini satu gaya storytelling yang membuat Painting
Explorer dikunjungi berulang-ulang.
Apa yang dilakukan Deni Je dengan akun youtubenya, Painting
Explorer memperlihatkan mediasi seni rupa di Youtube. Mediasi yang
dilakukan Deni Je bisa menjadi satu kesadaran bagaimana representasi seni rupa
di Youtube. Mediasi seni di media sosial mempunyai resiko seni atau karya-karya
seni yang diunggah di media sosial menjadi tidak lebih dari satu seri
koordinasi database global yang sebenarnya tidak benar-benar berlokasi di
manapun tapi sebagai satu persimpangan diantara komersialisasi. Mediasi seni
yang dilakukan Deni Je menjadi tidak berhenti saat mengunggah video. Mediasi
berlanjut ketika Deni Je menyelenggarakan pameran Seni secara offline dengan
menampilkan karya-karya yang proses pembuatanya menjadi konten dalam Painting
Explorer. Ini membuat karya yang sudah dilihat secara virtual dihadirkan secara
aktual, membuat penonton youtube Painting Explore bisa mengaktualisasi
karya-karya Deni Je di ruang pamer dan melihat karya-karya tersebut secara faktual. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar