PAMERAN LUKISAN DI TEMPAT TIDAK BIASA: MASJID




BANGKIT DARI MASJID


Umumnya pameran lukisan digelar di galeri, hotel, kafe, atau ruang presentasi lainnya. Sangat jarang terdengar pameran seni diselenggarakan di masjid.

Keadaan yang tidak biasa itu ditawar oleh Jejaring Seniman Muslim KHAT dengan memajang berbagai lukisan di masjid. 

Untuk perhelatan ini Jejaring KHAT mengambil tema "Bangkit dari Masjid". Ini mengingatkan pada perjalanan sejarah peradaban Islam sejak Nabi Muhammad saw mendirikan Daulah Islam di Madinah hingga penyebarannya ke seluruh penjuru bumi oleh Khulafaur Rasyidin, Khilafah Bani Umayah, Khilafah Bani Abasiyah, maupun Khilafah Bani Usmaniyah.

Begitu sampai di Madinah, Rasulullah saw langsung mendirikan masjid, bukan bangunan lain, bukan gedung rapat, bukan balai sosial, juga bukan pangkalan militer. Akan tetapi, justru dari masjid inilah segala ativitas umat Muslim dapat terlaksana, dari merancang strategi pengembangan dakwah ke luar negeri hingga mengurusi persoalan sosial kemasyarakatan.

Dengan demikian, "Bangkit dari Masjid" adalah frasa yang tepat untuk menggambarkan peradaban Islam. Sekaligus judul pameran "Bangkit dari Masjid" ini menjadi pengharapan bahwa peradaban Islam yang kini tengah berada dalam posisi terendah, yaitu setelah keruntuhan Khilafah Usmaniyah pada tahun 1924, dapat kembali bergeliat dan mengulang masa kejayaan.

Pameran Lukisan "Bangkit dari Masjid" ini merupakan kerjasama antara Jejaring Seniman Muslim KHAT dengan Takmir Masjid Margotunggal Yogyakarta. Takmir menginginkan pada momentum Hari Raya Idul Fitri tahun 2022 ini terselenggara hal unik yang dapat disuguhkan untuk jamaah.

Tentu saja Jejaring KHAT perlu berhati-hati dalam menampilkan karya yang pas untuk didisplay di masjid. "Jangan sampai pameran ini justru kontra produktif, karya yang ditampilkan malah mengurangi kekhusukan jamaah yang sedang sholat," demikian tutur Aruman selaku Ketua KHAT, "Dan yang lebih penting karya yang disajikan sesuai dengan tiga parameter KHAT, yaitu karya seni mesti: tidak bertentangan dengn fiqih berkesenian, menyampaikan nilai dakwah Islam, dan bersifat artistik."

Terdapat banyak seniman yang terlibat dalam pameran ini, seperti Syaiful Adnan, Teguh Wiyatno, Agus Baqul Purnomo, Deni Je, Aruman, Abdur Rokhim, Eiwand Suryo, maupun karya-karya yang dibuat secara kolaboratif oleh Jejaring Seniman Muslim KHAT.

Seniman Muda KHAT berkolaborasi melukis Menara Miring Pisa yang dipucuknya dipasang bendera al-royah, yaitu bendara Rasulullah yang berwarna hitam dengan lafadz syahadat. Ide lukisan ini terinspirasi oleh hadis Nabi saw yang mengabarkan bahwa pada masa depan Islam akan kembali berjaya di Romawi setelah penakhlukan pertama pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih.


Seniman: Teguh Wiyatno
Judul : The Candle
Karya: Cat air di kertas
Ukuran: 76 x 56 cm
Tahun: 2021


Sementara itu, Teguh Wiyatno hadir karya berjudul The Candle. Karya ini mengingatkan kondisi dunia pada masa kini, yaitu penerapan sistem Kapitalisme yang berusaha menerangi (mengatur) dunia dengan aturan-aturannya. Alih-alih membuat terang benderang, api kecilnya justru membuat bunga meleleh. Alam menjadi kering karena dieksploitasi, masyarakat kelaparan memelas, dan langit tetap pekat, nyala lilin tidak dapat berbuat banyak.

Di sisi lain Deni Je hadir dengan lukisan figur ambigu berjudul "Nonimpossible Minaret". Lukisan cat minyak di kanvas ini terinspirasi dari cita-cita kejayaan peradaban Islam di masa depan yang kerap dipandang utopis. Akan tetapi, keadaan yang dianggap mimpi itu kerap ditakuti sehingga proyeksi masa depan itu ditakuti dan dibuli oleh peradaban yang bertentangan. Hal ini digambarkan dengan empat menara berjajar yang disatukan dengan kerangka persegi. Menara tentu saja sejajar antara bagian bawah dengan bagian atas. Namun demikian, empat menara sejajar itu dapat disambungkan dengan kotak bujursangkar yang semestinya bagian paling depat dengan bagian paling belakang ada pada posisi yang berbeda.


Nama: Deni Je
Judul: Nonimpossible Minaret
Bahan: Cat minyak di kanvas
Tahun: 2014
Ukuran: 100 x 160 cm

Pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dinikmati pada tanggal 1 hingga 2 Mei 2022. Karya yang dipajang di lantai atas Masjid Margotunggal itu sekaligus menyemarakkan sholat Idul Fitri yang diselenggarakan di area Plaza Barsa City, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di lokasi ini juga tersedia banyak Food Truck, mobil-mobil yang disulap menjadi warung makan.

Rekan-rekan diundang ke sana, alamat lengkapnya dapat ditelusuri di Google Maps. 

Oh ya, lewat video ini sekaligus PAINTING EXPLORER, kanal seni di YouTube maupun Blogger, menyampaikan selamat Lebaran tahun 2022, selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. Mohon maaf lahir batin, taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya Karim. []




Tidak ada komentar:

Posting Komentar