Viewer yang mengikuti live streaming tersebut
tentu saja tidak mau percaya begitu saja. Penonton yang kusapa dengan
rekan-rekan PAINTING EXPLORER itu langsung Googling, mencari-cari, apakah ada
pameran seni lukis secara luring yang karya-karyanya berasal dari perkuliahan
daring lewat fitur YouTube Membership?
Setelah beberapa saat mereka mengabari bahwa tidak ada
peristiwa serupa yang telah diselenggarakan. Komen lain memberikan ucapan
selamat bahwa PAINTING EXPLORER telah menjadi pionir.
Saya nekat mengklaim seperti itu karena menimbang
bahwa program Membership atau Langganan belum lama dikeluarkan oleh YouTube.
Lebih dari itu, niche seni lukis tidak seluas ceruk lain semacam politik
atau ekonomi. Memang kanal lukisan semakin lama semakin banyak, baik yang
berbahasa Indonesia lebih-lebih Inggris, namun tidak banyak yang membuka
program Membership, karena YouTube memberikan syarat tertentu untuk membukanya.
Kanal Seni Lukis
PAINTING EXPLORER adalah kanal
seni di YouTube, khususnya seni lukis, baik teori maupun praktik. Channel yang diluncurkan tanggal 7 Januari 2018 ini kontennya
terhitung luas, dari tutorial lukisan sederhana, unboxing material lukis,
kuliah estetika, hingga tafsir karya seni terkait peradaban. Singkat kata, lewat
seni lukis saya explor kemana-mana. Melalui cara seperti itu, kini ketika
tulisan ini dibuat, PAINTING EXPLORER telah mengunggah lebih dari 1.000 video.
Empat tahun kemudian, tepatnya 15
Maret 2022, kanal ini
meluncurkan Kampus Seni Lukis PAITING EXPLORER yang dijalankan dalam fitur YouTube Membership. Kampus online ini saya buka bersamaan dengan kuliah
online yang mesti dijalani kampus-kampus di seluruh dunia karena pandemi.
Demikian pula, di minat utama seni lukis, Prodi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa,
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, saya dan seluruh dosen pengampu
menyelenggarakan kuliah online selama kurang lebih dua tahun. Saat itu,
aplikasi Whatsapp banyak digunakan.
Di PAINTING
EXPLORER, tatap layar menggunakan platform YouTube, tugasnya diunggah di Google
Classroom, dan koordinasinya melalui WA Grup.
Terdapat 5 kelas dalam edukasi
seni ini, yaitu: Kuliah Seni Lukis Sit In, Kuliah Seni Lukis Placement, Kuliah
Sketsa, Seni Lukis Elementer, dan Seni Lukis Advance. Sebelumnya kanal ini juga
pernah menyelenggarakan Kuliah Seni Lukis Abstrak sebagai giveaway syukuran
setelah mendapat lebih dari 10K subscriber; terdapat 10 tugas dalam Kuliah Seni Lukis Abstrak,
kini sampai ke tugas ke-9.
Dengan semangat disrupsi seni, sistem
perkuliahan dibuat beda. Kelulusan tidak tergantung pada lama studi, tetapi
kemampuan mencipta karya seni. Mahasiswa PAINTING EXPLORER akan diwisuda jika
dapat berpameran tunggal dengan 25 lukisan hasil Kuliah Seni Lukis Advance.
Pameran ini tentu disertai tetek-bengek perhelatan seni, seperti katalog
dan upacara pembukaan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar melukis
tetapi juga berpameran seni lukis.
Selain itu, kampus ini juga mendisrupsi
umur mahasiswa. Tidak ada batasan untuk mengikuti perkuliahan. Selama ini,
mahasiswa tertua berusia 52 tahun dan termuda 10 tahun.
Civitas Akademika yang Inspiratif
Di luar dugaan, progres skill mahasiswa
PAINTING EXPLORER ternyata sangat kencang. Dalam Kuliah Sketsa, misalnya, di
tugas ke-4 rata-rata mahasiswa telah dapat membuat garis spontan dan berani.
Lebih-lebih, mereka mampu menambahkan efek cipratan tinta secara artistik.
Selain itu, banyak juga mahasiswa yang telah memiliki
modal estetis. Bentuknya telah kuat, tekniknya telah mapan. Dengan demikian,
tinggal menstimulasi dengan konsep yang menggelitik. Benar saja, ketika materi
tentang “konsep penciptaan”, “konsep perwujudan”, “subject matter”,
maupun “content” diberikan, mahasiswa online ini semakin melesat.
Hal yang lebih menggugah adalah semangat para
pembelajar ini. Mental mahasiswa PAINTING EXPLORER sungguh kuat. Saya
menerapkan teknik kritik seni sebagai yang saya gunakan ketika mengajar
mahasiswa seni lukis ISI Yogyakarta. Kekurangan dan kelebihan karya mahasiswa
saya katakan apa adanya meski terasa pedas.
Rupanya mental para seniman ini tidak terbuat dari
kerupuk, tetapi baja. Kerupuk akan remuk ketika digepuk. Baja menjadi senjata saat
ditempa.
Potensi yang tidak baen-bain ini eman-eman jika
hanya saya yang menikmati. Karyanya mesti dapat dapat diakses publik. Jadi, apalagi
kalau bukan pameran?
Konsep Pameran
Kami pun menggelar rapat lewat Google Meet. Ternyata
pesertanya dari berbagai belahan Nusantara: Jakarta, Cilacap, Palembang,
Pedamaran Ogan Komering Ilir, Jepara, Tegal, Bogor, Bandung, Surabaya,
Padangsidimpuan, Jogja, dll. Kami memutuskan untuk menggelar pameran seni
lukis.
Karya yang dipamerkan adalah hasil perkuliahan di
PAINTING EXPLORER. Baik lukisan maupun
sketsa dapat ditampilkan. Material lukisan tidak terbatas, boleh kanvas boleh
kertas.
Pameran secara offline hasil kuliah online menginspirasi
untuk mengangkat tema alam yang terkoneksi dengan persoalan digital. Konten
lukisan di YouTube sebenarnya juga tentang dua hal itu. Lukisan adalah karya
manual, tampilannya di YouTube berubah menjadi digital. Untuk itu, tema
“Lumbung Padi Lumbung Konten” menjadi pilihan.
Jauh sebelum mengenal teknologi modern, masyarakat
Nusantara telah memiliki cara untuk menyimpan padi agar awet, bertahan
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Piranti tradisional itu adalah lumbung
padi. Setelah panen dan menjalani proses pengeringan, padi disimpan dalam
lumbung. Hal tersebut merupakan cara masyarakat saat itu untuk menjamin
ketahanan pangan, jaminan untuk menghadapi masa paceklik.
Bentuk lumbung padi ini artistik, setiap daerah
memiliki keunikan, namun rata-rata memakai jenis rumah panggung, lantainya
ditinggikan agar tidak menyentuh tanah. Di Jawa, lumbung padi kadang disebut
lumbung desa atau lumbung gabah. Masyarakat Minangkabau, membuat lumbung dengan
pola rumah gadang dan menyebutnya rangkiak. Sementara itu masyarakat Sunda
membuat leuit, dan penduduk Toraja mendirikan lumbung padi bergaya tongkonan.
Di era teknologi informasi digital, lumbung padi
mengingatkan pada fenomena passive income. Di dunia online, passive
income merupakan bentuk penghasilan yang diperoleh kendati penerima dalam
keadaan pasif, tidak bekerja. Lebih tepatnya, pekerjaan hanya dilakukan sekali
di awal tetapi hasilnya diperoleh sepanjang waktu.
Contohnya adalah Microstock. Microstock berasal dari
kata micropayment dan stock photography. Microstock merupakan
stock atau gudang foto berkualitas tinggi, yang hak penggunaan atau lisensinya
dapat dibeli. Seorang kontributor hanya perlu mengunggah sekali dan jika
gambarnya didownload maka ia akan dibayar, jika karyanya diunduh berkali-kali
ia pun gajian berkali-kali. Dengan kata lain Microstock adalah Lumbung Gambar. Demikian
pula, seorang YouTuber akan mendapatkan penghasilan adsense berkali-kali untuk
sebuah video yang ia upload jika video itu ditonton viewers. Inilah Lumbung
Konten.
Mahasiswa dapat merespon tema “Lumbung Padi Lumbung
Konten” ini dari sudut pandang lumbung padi saja, atau hanya lumbung konten,
maupun menggabungkan keduanya dalam konsep yang kreatif.
Kolaborasi Seni
Perlu banyak orang untuk mengangkat meja besar. Untuk
menggelar pameran perdana PAINTING EXPLORER saya perlu menggandeng para pihak.
Kebetulan, Pak Taufik Ridwan selaku CEO Dini Art
Management menanyakan perihal mockup pameran yang saya unggah di
Facebook dan Instagram @deni.painting. Kerjasama pun berjalan. Pak Taufik yang
memiliki banyak relasi langsung menemukan tempat menarik untuk berpameran.
Kami menuju Grand Rohan Hotel Jogja untuk bekerjasama.
Pak Aan selaku General Manager hotel megah itu menerima dengan senang
hati. Kami akan menggelar puluhan karya di hotel yang berhadap-hadapan dengan
Jogja Expo Center itu.
Semua bersemangat, Mas Reno Iskajaya selaku Ketua
Kelas Mahasiswa Kampus Seni Lukis PAINTING EXPLORER akan ke Jogja meskipun
menempuh jarak lebih dari 1.000 km dari Pedamaran OKI. Mas Koestrita, mahasiswa
senior asal Jakarta, tidak hanya piawai berakrobat dengan teknik untuk lukisan
abstrak. Beliau juga mahir memainkan alat musik, untuk itu di malam pembukaan
akan membuat pameran semakin syahdu.
Para seniman PAINTING EXPLORER yang akan unjuk karya antara
lain: Ahmad Fauzi, Bari Rusmi, D. Koestrita, Egis LR.,
Eka Wisnu Sumantri, Gani, Ida Masri, Hendra Lele, Kiki Ayam, Nia Nurmawati,
Reno Iskajaya, Rosinda Kartika, Rutta, Sugeng Pribadi, William Marvel.
Mereka memiliki kedahsyatan sendiri-sendiri. Mas Fauzi memiliki garis sketsa
yang artistik; Mbak Bari mampu memadukan dua hal yang berbeda yaitu pemandangan
imajinatif dengan bentuk flat; Mas Koestrita punya kejutan-kejutan
teknis meski benang merahnya terjaga; Mas Egis artistik dalam mengeksekusi
karya; Mas Eka mantab garis sketsanya; Mas Gani memiliki keberanian goresan;
Mas Lele hadirkan alemen visual yang dinamis; Mas Kiki mampu stimulasi mood
mendalam; Mbak Nia seperti penari dalam sketsanya; Mas Reno ciptakan bentuk unik;
Mbak Rosinda berani bermain warna; Mas Rutta cerdas menerjemahkan tema; Pak Sugeng
tampil dengan teknis prima; dan Mas William Sang Mahasiswa Termuda sungguh luar
biasa semangatnya.
Saya tak mau ketinggalan semangat. Saat para mahasiswa
menggelar pameran bersama, saya putuskan untuk menyelenggarkan pameran tunggal
lukisan ke-4. Juluknya kali ini adalah “Responsibility: Apakah dosen seni lukis
harus bisa melukis?”
Pameran “Lumbung Padi Lumbung Konten” akan dibuka oleh
seorang pakar beras dari Yogyakarta: Ibu Rochani. Sementara itu, pameran
tunggal saya akan ditandai dengan orasi seni oleh pelaku seni rupa Indonesia
yang banyak akal: Agus Yaksapedia.
Semua kehebohan itu akan diselenggarakan pada tempat
dan waktu yang sama: Grand Rohan Hotel Jogja, 22 Oktober 2022, pukul 19:15.
Pameran berlangsung hingga 22 November 2022. Rekan-rekan semua kami undang
untuk menjadi saksi. Harga tiketnya adalah cinta, gratis untuk rekan-rekan. []
Jogja yang sejuk dengan hujan November 2022
Deni Je (Konten Kreator
PAINTING EXPLORER)
===]
Pameran Seni Lukis
”Lumbung Padi Lumbung Konten”
Karya Civitas Akademika PAINTING EXPLORER
Pembukaan: 22 Oktober 2022, pukul 19:15
Berlangsung hingga: 22 November 2022
Lokasi: Hotel Grand Rohan Jogja
Tiket: Gratis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar