LUKISAN TERMAHAL DI DUNIA
GAMBAR YESUS DIBELI
PANGERAN ARAB
Salvator Mundi Karya Leonardo Da Vinci
Oleh: Deni Junaedi
Pembelian lukisan Salvator Mundi alias ‘Yesus Juru Selamat Dunia’ oleh Pangeran Arab telah menghebohkan planet bumi. Perhelatan Riyadh Season 2021 dengan bintang tamu semakin menggemparkan umat Muslim. Karena Arab Saudi kerap diidentifikasi sebagai negara Islam, ironi dan kegundahan muncul ketika penguasa negara itu menunjukkan aktivitas seni yang tidak Islami. Lewat tafsir dua fenomena seni tersebut, kita dapat mengkritisi anggapan umum bahwa Arab Saudi adalah negara Islam.
November 2017, rumah lelang Christie's berhasil memecah rekor pejualan lukisan termahal sejagad, di angka US$ 450 juta, setara Rp 6,4 triliun. Sebagai gambaran, uang yang digunakan untuk belanja lukisan seukuran 45,4 x 65,6 cm ini jika untuk membeli Jembatan Suramadu sepanjang 5,438 km masih ada kembalian Rp 2 triliun.
Lukisan yang disebut-sebut sebagai karya terakhir
Leonardo da Vinci itu berjudul Salvator
Mundi. Pembelinya bukan museum kenamaan semacam Louvre di Paris atau MoMA
di New York, tetapi, sebagaimana diungkap New
York Times, adalah Mohammad bin Salman.
Lukisan yang dibuat sekitar tahun 1500 ini hilang dari
sejarah selama lebih dari 200 tahun. Pernah rusak dan dipugar serampangan.
Lukisan yang dibuat dengan cat minyak di panel kayu itu mulai dikenal luas setelah
muncul di balai lelang New Orleans tahun 2005 dan dibeli dua pedagang karya
seni asal New York dengan nilai sangat rendah, US$ 1.175 atau sekitar Rp16,7
juta. Sebelum dilelang Christie's New York, lukisan ini ditangani restorator
terkenal Dianne Modestini. Ia menghapus kotoran dan cat pemugaran asal-asalan
yang berusia puluhan tahun.
Kisah panjang lukisan anakronis Yesus berbaju
Renaissance ini diangkat dalam dua film dokumenter yang diceritakan dengan
penuh drama dan ketegangan layaknya cerita detektif, The Lost Leonardo dan Savior
for Sale: Da Vinci's Lost Masterpiece? Keduanya dirilis setelah buku The Last Leonardo karya Ben Lewis
diterbitkan pada 2019.
Tidak hanya di negeri Muslim, lukisan itu menjadi
kontroversi di dunia seni. Restorasi, lokasi penyimpanan, keaslian, dan pameran
menjadi pokok yang sering digunjingkan.
Restorasi yang dilakukan Modestini dianggap
berlebihan. Perempuan yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dan penuh
semangat mempertahankan keaslian detail itu dicemooh Frank Zöllner. Sejarawan
seni ini dengan kecut menyebut Salvator Mundi sekarang sebagai mahakarya Dianne
Modestini. "Lebih bergaya Leonardo daripada yang dilakukan Leonardo,"
hujat pria yang telah menyusun katalog lukisan Leonardo ini.
Kontroversi penyimpanannya adalah sebagai berikut.
Setelah paket terkirim, masyarakat seni tidak tahu persis dimana lukisan itu
digantung. Namun, The Wall Street Journal
mengabarkan lukisan kelahiran zaman Renaissance itu menghiasi perahu superyacht
Serene milik sang pangeran. Keputusan MbS, demikian biasanya Salman disebut,
untuk memajang Salvator Mundi di perahu seharga US$ 600 juta itu mendapat
kritik keras konservator seni, Steven Erisoty. “Air laut yang mengelilingi
kapal pesiar menjadi ancaman kerusakan bagi lukisan berusia lebih daru 500
tahun tersebut,” tuturnya. Pada 2021, lukisan tersebut dikabarkan telah
dipindahkan ke lokasi rahasia karena kapal Serene masuk galangan kapal Belanda
untuk pemeliharaan. Kebanyakan berspekulasi lokasi terkini ada di Timur Tengah.
Anggapan ini terkait pengumuman Balai Lelang Christie’s, sebagaimana ditulis Okezene, bahwa Salvator Mundi telah tiba di tempat tujuannya, Museum Louvre Abu
Dhabi.
Terkait keaslian, tentu saja pihak Christie menyatakan
bahwa lukisan itu asli, dilukis oleh Leonardo da Vinci. Dianne Modestini
menegaskan keasliannya, “Lekukan mulutnya hanya dimiliki oleh Leonardo.” Sementara itu Jerry
Saltz, kritikus seni New York Magazine, menyatakan tidak masuk akal jika lukisan itu dibuat
oleh da
Vinci. Pose yang menghadap lurus ke muka seperti foto KTP bukan gestur figur
ala da Vinci. “Bandingkan dengan Mona Lisa atau lukisan da Vinci yang lain,”
kata alumnus School of the Art Institute of Chicago itu, “Dadanya tidak ada
yang menghadap lurus ke depan, semuanya agak menyamping.” Memang pose kaku
seperti dalam lukisan Saviour of the
World, nama lain Salvator Mundi,
sudah ditinggalkan pada masa Renaissance; gaya itu marak pada periode
sebelumnya, Abad Pertengahan. Saltz menduga bahwa lukisan itu dibuat oleh murid
da Vinci. Kebanyakan pakar memang setuju bahwa lukisan itu dibuat di studio
oleh asisten Leonardo, kemudian sang seniman tinggal menambah sedikit sentuhan
akhir; saat itu praktek seperti ini lazim dilakukan.
Kasak-kusuk terkait pameran lukisan ini juga mencuat. Sederet
kurator Prancis bekerja lembur satu dekade untuk mempersiapkan pameran besar
peringatan 500 tahun kematian Leonardo da Vinci. Akan tetapi, Salvator Mundi
tidak tampak batang hidungnya dalam pameran tahun 2019 itu. Berbagai kecurigaan
muncul, mulai dari kemungkinan Museum Louvre tidak mengakui keaslian lukisan tersebut
hingga Putra Mahkota MbS tidak sudi menyertakannya dalam pameran. The New York Times memberikan bocoran
informasi. Sesungguhnya Putra Mahkota telah mengirimkan Salvator Mundi ke Louvre tahun 2018, lalu tim ilmuwan Prancis
melakukan pemeriksaan forensik berminggu-minggu. Akan tetapi, lukisan tersebut
tidak jadi dipamerkan. Bukan seperti desas-desus yang beredar, penyebabnya
adalah ketidaksepakatan atas permintaan pihak bin Salman untuk menempatkan
lukisan itu di sebelah Mona Lisa. Sementara, pihak Museum Louvre menganggap
Mona Lisa tidak bisa dipindahkan ataupun ada lukisan lain di sampingnya.
Di dunia Islam, kritik pembelian Salvator Mundi oleh MbS melebihi persoalan kebentukan, problemnya
menyangkut aqidah, landasan pemikiran yang menjadi pondasi umat Muslim. Perihal
memajang taswir atau lukisan makhluk
bernyawa memang terdapat khilafiyah atau
perbedaan pendapat di kalangan umat Muslim, tetapi memajang berhala disepakati
keharamannya. Memajang lukisan yang dianggap sebagai potret nabi juga tidak
diperbolehkan, apalagi lukisan representasi makhluk yang dipertuhan. Banyak
hadis terkait hal ini.
Hadis riwayat Tirmidzi menyebutkan sebagai berikut. Dari
Adi bin Hatim ra, dia berkata, “Aku
mendatangi Nabi saw, pada leherku ada
(kalung) salib yang terbuat dari emas. Maka beliau bersabda, “Hai Adi, buanglah
berhala itu darimu!” Dan aku mendengar beliau membaca (ayat al-Qur’an) dalam
surat Bara’ah (at-Taubah), yang artinya, “Mereka (orang-orang Yahudi dan
Nashrani) menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah,” beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka
itu (para pengikut) tidaklah beribadah kepada mereka (orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka). Akan tetapi jika mereka (orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka) menghalalkan sesuatu untuk mereka, merekapun menganggap
halal. Jika mereka (orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka) mengharamkan
sesuatu untuk mereka, merekapun menganggap haram.””
Juga hadis dari Aisyah ra yang diriwayatkan Bukhari, ia berkata, “Nabi saw tidaklah meninggalkan salib di
rumahnya melainkan beliau menghapusnya (merusaknya).”
Bukhari juga meriwayatkan bahwa Aisyah ra juga menyebutkan, “Ketika Nabi jatuh
sakit, beberapa istrinya berucap tentang sebuah gereja yang mereka lihat di Ethiopia dan gereja itu dinamakan Mariya. Ummu Salamah dan Ummu Habibah telah ke
Ethiopia, dan keduanya menceritakan keindahan (gereja) dan gambar-gambar di
dalamnya. Nabi mengangkat kepalanya dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang
yang setiap kali ada orang saleh meninggal di antara mereka, mereka membuat
tempat ibadah di kuburnya dan kemudian mereka membuat lukisan di dalamnya.
Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di mata Allah.””
Salvator Mundi adalah
representasi Yesus sebagai Juru Selamat Dunia, atau Yesus sebagai Tuhan anak,
yang berujud manusia, yang akan menyelamatkan dunia. Konsep Tuhan yang memiliki
anak atau Tuhan selain Allah tentu saja bertentangan dengan al-Quran,
sebagaimana isi surat yang sangat populer, Al-Ikhlas, “Katakanlah: “Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.””
Dengan demikian, sebagai umat Muslim, apalagi sebagai
pemimpin negara yang menguasai tempat al-Quran diwahyukan, Mohammad bin Salman
telah melakukan perbuatan yang menyerempet persoalan ketuhanan. Jangankan
dengan membeli lukisan harga selangit, memajang gambar berhala yang didownload
gratis pun akan dimintai pertanggungjawaban di pengadilan akhirat. Jika MbS
telah bermasalah pada tataran aqidah seperti ini, bagaimana dengan ranah
syariahnya. Perbuatan pemimpin negeri Muslim ini dapat dilihat pada
kegigihannya menggelar Riyadh Season berikut ini. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar