Pameran Tunggal Lukisan Deni Je Ketiga mengangkat tema “On Cam”. Istilah on cam semakin meluas di era pandemi Covid-19. Frasa kependekan dari on camera yang berarti ‘di hadapan kamera’ ini nyaris dilakukan semua orang.
Kondisi yang telah matang, yaitu ketika hampir semua orang memiliki handphone berkamera, menjadi tempat tumbuh subur budaya on cam.Kebijakan ‘belajar dari rumah’ maupun ‘bekerja dari rumah’ pada masa lockdown mengharuskan seseorang terkoneksi secara real time dengan orang lain yang sama-sama duduk di depan kamera. Telekonferensi zaman Pak Harto adalah hal super istimewa, hari ini rapat online menjadi aktifitas sehari-hari, bahkan ngobrol via Zoom pun bukan kabar yang mengundang decak kagum.
Budaya on cam ini memungkinkan penciptaan lukisan di sudut kampung diketahui oleh penonton di desa terpencil lainnya. Tidak aneh ketika saya melukis secara live streaming dapat ditonton dan ngobrol dengan reken-rekan PAINTING EXPLORER di berbagai kota, dari Aceh hingga Papua, bahkan beberapa di antaranya hadir dari Malaysia, Philipina, Thailand, dan Hongkong. Batas geografis ini semakin tertembus ketika upload video siaran tunda, interaksi dengan pemirsa dari India atau Spanyol adalah hal biasa, bahasa bukan halangan, Google Translate setia mendampingi.
Melukis secara on cam di studio ini sebenarnya mirip melukis di pinggir jalan, mesti siap dikerubungi penonton. Sejak SD saya terbiasa melakukan itu. Ayah saya adalah tukang stempel dan papan nama yang membuka kios kaki lima di pinggir bunderan Sukorejo Kendal. Sembari membantu Pake, demikian panggilan untuk ayah, saya mengisi waktu dengan membuat lukisan di easel kecil. Cat yang sedianya akan digunakan untuk papan nama diikhlaskan Pake untuk melukis.
Melukis live streaming di YouTube sambil berbicang dengan viewers di live chat adalah hal mengasyikkan. Ini mengingatkan saat masih mahasiswa, melukis di kost-kostan ditemani rekan seangkatan sambil ngobrol ngalor-ngidul.
Semua kemudahan teknologi ini memudahkan seniman untuk mengada, untuk eksis. Cara eksis di media sosial adalah dengan rutin mengupload konten agar algoritma mengenali pengguna dan mengabarkan pada pengguna lain. Dalam istilah Descrates yang plesetan, yaitu cogito ergo sum atau ‘aku berpikir maka aku ada’, adalah ‘aku upload maka aku ada’.
Pameran lukisan yang dibuat dalam sorotan kamera ini dibuka tanggal 8 Nopember 2021 pukul 20:00. Gelaran seni ini dilakukan secara offline di Kopi Kuden Coffee Yogyakarta dan online di YouTube PAINTING EXPLORER Channel. Pameran tunggal lukisan Deni Je ketiga ini berlangsung 8 hingga 21 Nopember 2021.
Pameran dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata, Kwintarto Heru Prabowo, S,Sos. Sementara itu Aruman, S.Sn., M.A. menjadi pemandu acara. Taufik Ridwan memberikan sambutan selaku tuan rumah.
Malam itu Deni Je didampingi oleh istrinya, Sulistyaningsih dan dua putrinya, Balanca Qolta dan Dalil Aqli. Ibu kandungnya yang dipanggil Make Badrijah dan ibu Sri Rahayu juga menyertai.
Malam pembukaan dimeriahkan oleh gitar jazz yang dimainkan oleh influencer Doni Riw, yang tidak lain adalah adiknya sendiri.
Berikut ini dokumentasi video yang dikoordisi oleh Hermanto dan bidikan foto hasil bidikan Dian Agus Maryanto "Diagma" dan Ade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar