Apakah dosen seni lukis harus bisa melukis? Pertanyaan ini sudah lama muncul, beberapa tahun lalu, terutama sejak temanku sesama dosen seni lukis di ISI Yogyakarta dikritik oleh seorang seniman yang mempertanyakan kualitas kesenimanannya.
Apakah dosen seni lukis harus bisa melukis? Aku mencoba mencari komparasi dengan profesi lain. Bukankah dokter spesialis kandungan tidak harus bisa mengandung? Berapa banyak pria yang menjadi dokter kandungan; ibu-ibu yang tengah hamil pun khusuk mendengarkan arahan sang dokter yang tidak becus mengandung itu. Apakah dengan demikian dosen seni lukis tidak mesti bisa melukis?
Tidak puas dengan itu, aku segera mencari pembanding lainnya. Bagaimana jadinya jika guru Bahasa Inggris tidak dapat berbicara menggunakan bahasa itu? Ia mesti menguasai gramatika bahasa asing sebelum mengajarkannya pada para murid yang akan menurutinya. Apakah dengan demikian dosen seni lukis mesti bisa melukis?
Perbandingan di atas skornya 1-1. Aku mesti mencari padanan lain. Pelatih sepak bola, yang umumnya telah berusia tua, pasti akan kepontal-pontal jika ditandingkan dengan anak didiknya yang masih belia. Tetapi, pelatih tersebut tentu memiliki banyak pengalaman tentang persepakbolaan, baik pengalaman yang dialami sendiri maupun sejarah pengalaman orang lain yang ia pelajari.
Lebih dari itu, sang pelatih tadi mesti memiliki kemampuan untuk melatih. Mampu memberikan materi dengan dosis dan urutan yang tepat pada masing-masing anak didiknya. Sang pelatih mesti dapat melihat bara para pemain dan mengipasinya agar menjadi api yang berkobar-kobar sehingga anak buahnya dapat menjadi bintang lapangan yang menyala.
Sang pelatih bukanlah api itu sendiri, tetapi kipas yang dapat menyalakan bara. Guru bukan emas, tetapi piring dulang emas. Harga emas tentu jauh lebih mahal dari alat penyaring emas. Akan tetapi, tanpa alat yang murah itu emas tidak akan muncul, tetap tertimbun pasir-pasir kotor.
Pelatih, pembina, guru, coach, maupun dosen mesti menyadari bahwa tugasnya bukan menjadi emas, tetapi menemukan emas, melahirkan kobaran api dari bara yang tersembunyi dalam dada muridnya, mahasiswanya.
Mental guru adalah mental pemberi ilmu, bukan mental pemain ilmu yang akan berlaga di rimba raya. Mental guru adalah mental pembimbing dan penguat muridnya agar mampu menerobos rintangan rimba yang penuh lubang kalajengking.
Itulah mengapa kebanggaan guru adalah ketika melihat muridnya dapat melakukan apa yang lebih baik dari dirinya. Keberhasilan guru adalah ketika melihat muridnya berhasil. Kebanggaan itu tetap ada, meskipun, misalnya, sang murid yang telah menjadi emas lalu lupa bahwa dulu pernah melewati piring dulang yang mengayakinya.
Dalam memberikan kritik seni, sebagai dosen seni lukis aku katakan apa adanya jika lukisan mahasiswa memiliki kelemahan di sini dan kelebihan di situ. Bahkan, di depan kelas tidak canggung kukatakan bahwa karyanya luar biasa dan aku tidak dapat membuat hal yang semacam itu. Inilah momentum yang membahagiakan, bukan malah merasa sedih karena tersaingi muridnya. Saat itu merasa lega karena sekan-akan tugasnya menjadi pengajar telah selesai.
Selain mengajar seni lukis di Prodi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, aku juga mengampu kuliah seni lukis di Kampus Seni Lukis PAINTING EXPLORER. Kampus online ini berbasis YouTube Membership di PAINTING EXPLORER Channel. Terdapat lima kelas di kanal ini: Kuliah Seni Lukis Sit In, Kuliah Seni Lukis Placement, Kuliah Sketsa, Seni Lukis Elementer, dan Seni Lukis Advance. Sebelumnya telah kuselenggarakan Kuliah Seni Lukis Abstrak sebagai giveaway syukuran setelah memperoleh lebih dari 10K subscriber.
Para mahasiswa di kampus ini membuatku tercengang: mereka memberikan kebahagiaan. Artinya, mahasiswa PAINTING EXPLORER mampu membuat karya-karya yang memuaskan, banyak yang telah melampaui kemampuan dosennya.
Untuk itu, untuk berbagi kegembiraan dengan publik, aku bersikeras agar karya para mahasiswa PAINTING EXPLORER dapat dipamerkan secara langsung, secara offline, secara luring. Akhirnya, setelah bekerjasama dengan Dini Art Management yang dikelola oleh Pak Taufik Ridwan, dan juga dukungan Grand Rohan Hotel Jogja yang memiliki tempat apik untuk pameran lukisan, eksibisi itu dapat diagendakan.
Pameran Seni Lukis Perdana Karya Civitas Akademika PAINTING EXPLORER ini mengambil tema “Lumbung Padi Lumbung Konten”. Gelaran seni yang dibuka pada tanggal 22 Oktober 2022, pukul 20:00 dan berlangsung hingga 22 November 2022 itu, alhamdulillah, mampu menghadirkan puluhan karya yang melewati proses diskusi perkuliahan.
Dalam perkuliahan di YouTube PAINTING EXPLORER maupun di kampus ISI Yogyakarta, sebenarnya bukan hanya para mahasiswa yang sedang belajar. Aku juga banyak belajar dalam proses tersebut. Bagaimana cara mengajar seni lukis? Apa yang mesti ditekankan pada pertemuan pertama? Apa yang mesti dicari pada tahap akhir perkuliahan? Aku terus belajar dari para mahasiswa. Bahkan ide-ide segar yang tercermin dalam karya mahasiswa juga dapat menginspirasi dosennya.
Dulu aku juga mahasiswa seni lukis yang memiliki bara dan api di dada, dan kini masih ingin menjaga bara dan api pembelajar. Ketika aku bertindak sebagai dosen yang mengipasi bara api mahasiswa, sebenarnya baraku juga terimbas sehingga ikut menyala.
Untuk itu, ketika api para mahasiswa PAINTING EXPLORER bergelora dalam pameran seni lukis “Lumbung Padi Lumbung Konten” aku juga ikut bergolak, bergejolak. Aku ikut menyelenggarakan pameran, pameran tunggal lukisan keempat dengan juluk “Responsibility: Apakah dosen seni lukis harus bisa melukis?”
Lalu, apakah dosen seni lukis harus bisa melukis? Aku belum tahu pasti, masih ingin mencari jawabannya. Masih ingin belajar. []
Jogja, Oktober 2022
Deni Je
Konten Kreator PAINTING EXPLORER
===
Pameran Tunggal Lukisan Deni Je ke-4
RESPONSIBILITY
Pembukaan: 22 Oktober 2022, pukul 20:00
Berlangsung hingga: 22 November 2022
Grand Rohan Hotel Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar