DI LUKISAN YESUS DAN MARIA ADA TAUHID KALIGRAFI ARAB! Mengapa pelukis Renaisans membuatnya?
Oleh: Deni Junaedi
Di lukisan bayi Yesus yang sedang digendong Bunda Maria ada kaligrafi Arab berlafadz Tauhid, la illaha illa Allah... “Tiada tuhan kecuali Allah”
Tidak baen-bain, pelukisnya adalah seniman terkenal Renaissance Italia, namanya Gentile da Fabriano. Seniornya Leonardo da Vinci. Fabriano lahir tahun 1370, 82 tahun sebelum kelahiran pelukis Monalisa.
Tentu saja fenomena ini menjadi perhatian peneliti seni, sudah lama bahkan.
Lalu buku tersebut menjadi sandaran Witelo dan John Pecham untuk menerbitkan Perspectiva. Pelukis besar Renaisans, Leonardo da Vinci, akrab dengan buku yang berdasarkan pemikiran Ibn al-Haytham tersebut.
Ini mirip teman saya, pelukis kondang Agus Baqul yang ingin membuat kaligrafi China tetapi tidak paham bahasa apalagi tulisan China, tidak apa-apa, bikin saja, nglukis saja, yang penting mirip huruf China.
Dalam diktat Sejarah Seni Rupa Barat buatan dosen saya di ISI Yogyakarta, Pak Wardoyo Sugianto, juga menyatakan bahwa kelahiran Renaisans antara lain oleh sumbangan dan rangsangan Islam terhadap perkembangan Kebudayaan Eropa.
Kembali ke kaligrafi yang ada di lukisan Madona and Child.
Ketika mengunjungi Turkish and Islamic Art Museum di Istambul, saya melihat al-Quran maupun relief zaman Khilafah Umayyah yang mengembangkan langgam kufi ini.
Pertanyaannya mengapa kalimat itu yang dipilih?
Mungkin para seniman itu sekedar meniru tanpa tahu artinya, sebagaimana saya meniru tulisan China yang ada di obat kerokan.
Kalau toh para seniman itu mengetahui artinya juga tidak ada masalah, karena kalimat persaksian yang berarti “tidak ada tuhan selain Allah” berkesesuaian dengan isi kitab injil. Tepatnya di Injil Markus pasal 12 ayat 29.
Maturnuwun sudah menemani saya, Deni Je, Konten Kreator PAINTING EXPLORER Chennel dalam bertutur seni. Welcome to PAINTING EXPLORER Channel.
Sylvia Auld, misalnya, menulis artikel berjudul “Kuficising Inscriptions in the Work of Gentile da Fabriano.” (atau Penciptaan Tulisan Kaligrafi Kufi pada Karya Seni Gentile da Fabriano). Tulisan yang terbit pada jurnal ilmiah Oriental Art tahun 1978 itu menyatakan:
On the hem of the Child’s blanket in the panel of the Madonna and Child by Gentile da Fabriano read lā ilāh illā Allāh (there is no god but God) (Artinya: Pada kain yang dipakai Bayi Yesus di lukisan Perawan Suci dan Bayinya yang dibuat Gentile da Fabriano terdapat tulisan la ilaaha illaa Allah (tiada tuhan selain Allah)).
Tulisan Sylvia Auld pun dikukuhkan Maria Vittoria Fontana dalam buku “Islam and the West: Arabic Inscriptions and Pseudo Inscriptions” (Islam dan Barat, Tulisan Arab dan Tulisan-Semu), terbitan tahun 1993.
Oh ya, judul lukisan itu memang Madonna and Child. Madonna adalah bahasa Italia yang berarti perawan, atau virgin dalam bahasa Inggris. Ini mengacu pada perawan suci Maria yang mengandung Yesus... atau dalam pandangan Islam, wanita terhormat Maria, yang tidak pernah disentuh laki-laki, yang mengandung Nabi Isa as.
Tentu saja issu menarik ini tidak hanya menarik perhatian Auld dan Fontana. Banyak sejarawan seni ikut menggeluti, termasuk Ennio G. Napolitano yang menerbitkan Arabic Inscriptions and Pseudo-inscriptions in Italian Art.
Di Indonesia issu ini ramai setelah tayang film 99 Cahaya di Langit Eropa. Tentu rekan-rekan sudah tahu, drama ini diadaptasi dari novel dengan judul yag sama gubahan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
Dalam adegan di museum Louvre Paris, Hanum tercengang ketika Marion, seorang mualaf yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris, menyatakan bahwa dalam lukisan Maria dan Bayi Yesus terdapat teks syahadat kaligrafi Arab.
Namun kali ini bukan Madonna and Child Gentile da Fabriano tetapi Virgin and Child bikinan Ugolino Di Nerio. Pelukis Italia ini lebih tua lagi, kira-kira kelahiran 1280.
Di kerudung Bunda Maria lukisan itu juga terdapat lafadz tauhid la ilaha illallah.
Ini tambah menarik, karena fenomena tersebut tidak hanya ada di satu lukisan. Masih adakah yang lain? Nanti kita bahas. Bahkan nanti kita akan melihat lukisan modern yang terpengaruh visual peradaban Islam.
Kalau soal kerudung pasti dikenakan Maria. Karena perintah itu ada di Alkitab, tepatnya di 1 Korintus pasal 11 ayat 6 “Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.”
Tapi kali ini kita tidak sedang membahas kerudung. Pertanyaan saat ini adalah mengapa ada kaligrafi Islami lafadz syahadat di lukisan-lukisan Kristiani?
Jawabannya adalah, saat lukisan itu dibuat, peradaban Islam menjadi trend setters atau penentu trend peradaban lain.
Begini rumusannya, budaya negara yang sedang menjadi adi daya alias superior akan mempengaruhi budaya di negara inferior.
Mesir kuno yang sedang berjaya, misalnya, mempengaruhi Yunani awal. Patung Yunani sebelum berjaya pun niru-niru patung Mesir.
Sebaliknya, ketika Yunani unggul, pengaruhnya sampai di mana-mana, bahkan patung Budha Gandara India ikal rambutnya bergaya Yunani.
Demikian pula ketika Nusantara tunduk pada Belanda, baju raja dan bangsawan mengikuti atau paling tidak mengkombinasikan dengan cara berpakaian penjajah Belanda, kecuali Pangeran Diponegoro yang tidak mau dijajah.
Demikian juga sekarang, ketika Eropa dan khususnya Amerika Serikat menjadi negara Adi Kuasa, jeans pun mendunia. Tidak hanya itu, selera film, makanan, bahkan perayaannya pun diikuti negeri lain, termasuk negeri-negeri Muslim.
Berbeda dengan sekarang, saat itu, ketika Gentile da Fabriano dan Ugolino Di Nerio melukis Virgin and Child, orang Eropa yang inferior mengikuti Negara Islam yang superior.
Kala itu Islam sedang berjaya di bawah kepemimpinan Khilafah Islamiyah, zaman ini biasa disebut Golden Ages atau Zaman Keemasan Islam; sebaliknya, Eropa dalam keadaan terpuruk, biasa disebut dengan Dark Ages atau Abad Kegelapan.
Temukan konten sejenis di Playlist Tafsir Seni.
Para sejarawan berbeda dalam menetapkan awal dan akhir Zaman Kegelapan ini. Umumnya periode itu dihitung sejak Romawi Kuno runtuh pada 476 Masehi hingga 1000 tahun selanjutnya. Kala itu gereja menguasai Eropa.
Banyak ilmuwan dihukum karena dianggap tidak sejalan dengan iman Kristiani. Peristiwa paling terkenal adalah keputusan pengadilan gereja yang membuat Galileo menjadi tahanan rumah seumur hidup sampai meninggal dunia.
Renaissance mengakhiri masa kegelapan Eropa, tapi tidak ujug-ujug. Berjalan secara gradual, dari proto-renaissance, renaissance puncak, hingga renaissance akhir ketika menyebar dari Italia ke berbagai penjuru Eropa. Umumnya periode Renaisans dihitung dari abad ke-14 hingga ke-17.
Yang memberi istilah Zaman Kegelapan juga orang-orang Renaissance. Selain itu, periode kegelapan juga dijuluki Zaman Pertengahan, Middle Ages. Artinya ada di pertengahan zaman Renaissance dengan Zaman Klasik Yunani Romawi.
Renaissance berarti kelahiran kembali. Kelahiran kembali era kejayaan Eropa di bawah kepemimpinan Yunani Romawi. Orang-orang Renaissance, dari lawyer hingga seniman, mempelajari khazanah peradaban Yunani dan Romawi. Ketika melihat zaman klasik itu, orang Renaissance terhalang suatu zaman, zaman yang menghalangi itu ada di tengah-tengah zamannya dengan zaman klasik Yunani Romawi. Maka orang Renaissance menyebut zaman penghalang yang ada di tengah-tengah itu sebagai Zaman Pertengahan.
Nah, ketika Eropa ada di Zaman Pertengahan alias Abad Kegelapan, umat Muslim tengah berada dalam Abad Keemasan, Golden Ages. Kala itu Islam ada di tengah kejayaan Khilafah Islamiyah. Tidak saja pasukan Muslim yang dapat menembus benteng-benteng Eropa, tetapi banyak sekali ilmuwan Islam yang meluncurkan temuannya.
Terlalu panjang untuk menyebutkan seluruh nama, paling tidak ada Al-Khawarizmi yang menemukan algoritma, yang prinsipnya terus dikembangkan hingga kini, termasuk oleh YouTube.
Banyak peneliti membahas peran Islam dalam peradaban Barat.
Philip K. Hitti dalam buku History of the Arabs menulis bahwa Islam adalah “Pembawa gerakan intelektual ke Eropa Abad Pertengahan yang memicu kebangkitan dunia Barat dan telah melapangkan jalan bagi proses modernisasi di dunia Barat.”
Howard R. Turner juga menyatakan, “Pengalaman budaya dan politik kaum Muslimin memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dunia Abad Pertengahan di Eropa Barat, tempat kaum Muslim memainkan peranan penting dalam perjalanan Renaisans...”
Pengaruhnya dalam seni dapat dilihat dalam buku Sejarah Estetika karya Martin Suryajaya. Ia menulis, bahwa ilmu perspektif yang sangat penting pada lukisan Renaisans adalah sumbangan dari Ibn Al-Haytham, pemikir Muslim yang hidup antara tahun 965 hingga 1041. Ilmuwan yang di Barat dikenal dengan nama Alhazen ini membuat buku berjudul Kitab al-Manazir (Buku Tentang Penglihatan).
Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin pada Abad ke-13 sebagai De Aspectibus. “Secara mendalam buku ini mempengaruhi dan membentuk pikiran Barat tentang penglihatan,” demikian komentar Lindberg dan Tachau.
Kaligrafi dalam lukisan tersebut disebut Pseudo-Kufic. Pseudo artinya palsu atau semu. Kufic atau kufi adalah salah satu jenis kaligrafi Arab yang berciri hurufnya bersudut-sudut, cenderung berbentuk persegi. Font Arab ini termasuk paling tua jika dibandingkan khot Naskhi, Riq'ah, Diwani, Tsuluts, atau Farisi.
Meskipun bersudut-sudut huruf yang berasal dari Kufah ini luwes dipakai dimanapun, dapat diaplikasikan untuk menulis al-Quran hingga ornamen bangunan.
Pseudo-Kufic artinya kufi-semu, pura-pura kufi, seakan-akan kufi. Bahasa jawanya: ngufi, Kufisque.
Waktu SMP saya juga pernah melakukannya, karena suka lihat film kungfu saya membuat lukisan naga. Biar kechina-chinaan saya beri huruf China di pojok, tidak tahu apa bacaannya, saya hanya contoh dari balsem kerokan, bungkus Rheumason.
Nama lain Pseudo-Kufic adalah Pseudo-Arabic. Berarti yang saya perbuat saat SMP dulu adalah pseudo-China, yang penting mirip kaligrafi Tiongkok.
Nah, seniman yang membuat Pseudo-Kufic tidak hanya Gentile da Fabriano dan Ugolino Di Nerio.
Filippo Lippi pada tahun 1438 juga menambahkan Pseudo-Kufic saat melukis Maria dan Yesus dengan judul Barbadori Altarpiece. Dua tahun kemudian, Jacopo Bellini melakukan hal yang sama pada lukisan yang diberi judul Virgin of Humility (Perawan yang rendah hati). Dan masih banyak lagi lukisan-lukisan sejenis.
Tidak hanya lukisan yang menggunakan Pseudo-Kufic.
Koin uang juga. Mata uang mancus dari Inggris zaman Raja Offa yang bertahta tahun 757–796 pun mencontoh kufi yang tertera dalam dinar Khilafah Abasiyah. Maravedi, koin emas Spanyol zaman Raja Alfonso VIII juga menggunakan Pseudo-Kufic. Belum lagi koin emas Italia Selatan periode Raja Roger II. Maka tidak aneh kalau koin uang Majapahit bertulisakan La illaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah).
Fenomena seperti ini pertama kali saya sadari ketika kuliah di Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Program Pascasarjana UGM Yogyakarta tahun 2010. Saat itu saya melihat foto kursi pualam di gereja besar atau Basilica San Pietro di Castello yang ada di Venesia Italia. Tahta yang pernah diduduki Santo Peter di Antiokhia ini juga terdapat Pseudo-Kufic.
Adapun visual yang paling mengesankan adalah Khot kufi dari Iran abad ke-15 yang mempengaruhi lukisan Piet Mondrian berjudul Broadway Boogie Woogie. Lukisan yang dibuat selama setahun sejak 1942 ini menjadi tonggak seni lukis abstrak Barat.
Memang banyak Pseudo-Kufic yang tidak dapat dibaca, hanya stylenya saja yang berbentuk kufi. Tetapi sebagian di antaranya dapat dibaca. Sebagaimana dalam lukisan Maria dan Yesus buatan Fabriano dan Nerio.
Seperti telah disebutkan di muka, penelitian Sylvia Auld menemukan tulisan syahadat lā ilāh illā Allāh (tiada tuhan selain Alah) pada lukisan tersebut.
Tetapi mungkin juga mereka mengetahuinya, karena saat itu bahasa Arab adalah bahasa Internasional, di samping bahasa Latin.
Jawab Yesus, "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”
Atau ada alasan lain dari rekan-rekan PAINTING EXPLORER Channel. Monggo berbagi komentar. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar